Pengertian Kepribadian, Ciri - Ciri, Faktor Kepribadian Dan Unsur-Unsur Kepribadian

Pengertian Kepribadian, Ciri - Ciri, Faktor Kepribadian Dan Unsur-Unsur Kepribadian

Pengertian Kepribadian, Ciri - Ciri, Faktor Kepribadian Dan Unsur-Unsur Kepribadian

Dalam kehidupan sehari – hari, istilah kepribadian seiring kali disamakan dengan kata sikap, sifat, atau pun kebiasaan. Padahal jikalau ditelisik lebih dalam lagi, istilah – istilah ini tidaklah sama dan sangat jauh berbeda satu sama lainnya.

 istilah kepribadian seiring kali disamakan dengan kata sikap Pengertian Kepribadian, Ciri - ciri, faktor kepribadian dan Unsur-Unsur Kepribadian
Pengertian Kepribadian, Ciri - ciri, faktor kepribadian dan Unsur-Unsur Kepribadian
Lantas apa sih sebetulnya kepribadian itu? Kepribadian merupakan pola atau pun bentuk tingkah laris insan yang dilandaskan atas sikap dan sifat seseorang. Selain pengertian ini, berikut merupakan beberapa pengertian kata kepribadian yang coba diutarakan oleh para ahli:

Pengertian Kepribadian Menurut Para Ahli

M.A.W. Brower
Menurut M.A.W Brower, kepribadian merupakan corak tingkah laris sosial yang terdiri dari carak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap – sikap seseorang.

John F. Cuber
Menurut John F. Cuber, pengertian kepribadian ialah keseluruhan sifat yang tampak dan sanggup dilihat oleh seseorang.

Gordon W. Allport
Menurut Gordon W. Allport, kepribadian merupakan organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang memilih adaptasi dirinya yang unik terhadap lingkungannya.

Theodore M. Newcomb
Menurut Theodore M. Newcomb, pengertian kepribadian ialah organisasi sikap – sikap (predispositions) yang dipunyai seseorang sebagai latar belakang pemiliknya.

J. Milton Yinger
Menurut J. Milton Yinger, kepribadian merupakan keseluruhan bentuk sikap seseorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu dengan berinteraksi dengan serangkaian situasi.

Jenis – jenis Kepribadian Manusia

Secara umum, kepribadian insan sanggup digolongkan ke dalam tiga kepribadian dasar yaitu:

Introvert
Jenis kepribadian yang pertama ialah introvert. Orang – orang yang berkepribadian introvert biasanya mempunyai ciri – ciri dasar menyerupai penyendiri, pemikir, pendiam, pemalu, sulit bergaul, lebih suka bekerja sendiri, suka berimajinasi, lebih suka diam, suka dengan kegiatan hening (seperti membaca, menulis, atau pun memancing), dan cenderung lebih berhati – hati dalam berbicara (berpikir sebelum berbicara).

Extrovert
Jenis kepribadian yang kedua ialah extrovert. Kepribadian extrovert merupakan kebalikan dari kepribadian introvert. Ciri – ciri dasar orang yang berkepribadian extrovert yaitu : aktif, percaya diri, terbuka, suka berkumpul atau pun suka dengan keramaian, cenderung gampang bergaul, suka berbicara terlebih dahulu gres kemudian berpikir, lebih suka bercerita dibandingkan mendengarkan dongeng orang lain, dan cenderung lebih suka beraktivitas di keramaian.

Ambievert
Jenis kepribadian yang ketiga ialah ambievert. Kepribadian ambievert merupakan kepribadian yang sanggup berubah – ubah, bergantung dengan situasi atau pun mood. Di satu waktu tertentu, seorang ambievert sanggup menjadi seorang introvert, namun di waktu lainnya seoran ambievert sanggup bermetamorfosis seorang extrovert. Jika dibandingkan dengan dua kepribadian yang lainnya, jenis kepribadian ambievert cenderung sanggup dikatakan lebih baik, alasannya ialah sanggup menyesuaikan / fleksibel dengan keadaan / kondisi yang terjadi.

Makna kepribadian berdasarkan pengertian sehari-hari

Disamping itu kepribadian sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, menyerupai kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.

Definisi kepribadian berdasarkan psikologi

Berdasarkan psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang sanggup berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Ekstraversi dan Introversi

Di dalam psikologi, terdapat pengelompokkan kepribadian insan bedasarkan bagaimana insan memperoleh gairahnya.[4] Pengelompokkan ini pertama kali dicetuskan oleh Carl Jung (1920), dalam bukunya berjudul Psychologische Typen.[4] Secara umum, pribadi yang ekstrover mendapatkan gairah (atau energi) dari interaksi sosial.[4] Ekstrover biasanya mempunyai kepribadian yang terbuka dan senang bergaul, serta mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka.[4] Sementara introver, di sisi lain, dianggap mendapatkan gairah lewat menyendiri.[4] Introver, biasanya cenderung pendiam, suka merenung, dan lebih perduli wacana pemikiran mereka dalam dunia mereka sendiri.[4] Di antarakecenderungan ekstrem introversi dan ekstroversi, terdapat ambiversi yang merupakan kepribadian penengah antara ekstrover dan introver.[4] Meskipun terdapat perbedaan yang kontras antara introver dan ekstrover, Carl Jung menganggap bahwa jarang terdapat insan yang sepenuhnya ekstrover atau introver.[4]

Struktur Kepribadian

Eysenck beropini bahwa kebanyakan ahli-ahli teori kepribadian terlalu banyak mengemukakan variabel-variabel kompleks dan tidak jelas. Pendapat ini dikombinasikan dengan anlisisnya, yaitu dengan analisis faktor yang telah menghasilkan sistem kepribadian yang ditandai oleh adanya sejumlah kecil dimensi-dimensi pokok yang didefinisikan dengan teliti dan jelas.

Kepribadian sebagai organisasi tingkah laris dipandang Eysenck mempunyai empat tingkatan hierarki, berturut-turut dari hierarki yang tinggi ke hierarki yang rendah :
  1. Hierarki tertinggi : Tipe/Supertraits, kumpulan dari trait, yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu dimensi yang luas.
  2. Hierarki kedua : Trait, kumpulan kecenderungan kegiatan, koleksi respon yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan tertentu. Ini ialah disposisi kepribadian yang penting dan permanen.
  3. Hierarki ketiga : Kebiasaan tingkah laris atau berpikir, kumpulan respon spesifik, tingkahlaku/pikiran yang muncul kembali untuk merespon tragedi yang mirip.
  4. Hierarki terendah : Respon spesifik, tingkahlaku yang secara konkret sanggup diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.
Jika dilihat dari hubungnnya dengan hierarki di atas, maka sanggup disebutkan bahwa antar belahan dari hierarki kepribadian tersebut terjadi interaksi dan saling besar lengan berkuasa antar satu dengan yang lainnya. Sebagai rujukan ialah adanya interaksi antara belahan kepribadian yang disebut sebagai specific response dan habitual response. Dimana yang disebut sebagai specific response yakni sikap atau pikiran individual yang bisa mencirikan sebuah pribadi atau tidak, misal seorang siswa yang menuntaskan kiprah membaca. Sedangkan habitual response sanggup dimaknai sebagai respon yang terus berlangsung di bawah kondisi yang sama, misal jikalau seorang siswa seringkali berusaha hingga suatu kiprah selesai dikerjakannya. Habitual response ini sanggup berubah-ubah ataupun sanggup menetap.

Setelah mengetahui klarifikasi di atas, maka sanggup disimpulkan bahwa untuk membuat sikap tertentu atau specific response menjadi sebuah kebiasaan atau habitual response maka perlu adanya pengulangan sikap tertentu tersebut hingga beberapa kali. Sedangkan jikalau individu tersebut tidak menginginkan sikap tertentu itu menjadi sebuah habitual response atau sebuah kebiasaan, maka tidak diharapkan pengulangan sikap hingga berkali-kali. Dan hubungan serta interaksi juga berlaku pada belahan kepribadian Eysenck yang lain, menyerupai tipe dan trait.

Ciri-ciri kepribadian

Para jago sepertinya masih sangat bermacam-macam dalam menawarkan rumusan wacana kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi wacana kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, risikonya beliau menemukan satu rumusan wacana kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat beliau bahwa kepribadian ialah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang memilih caranya yang unik dalam mengikuti keadaan terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian ialah adaptasi diri. Scheneider (1964) mengartikan adaptasi diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.

Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas sikap itu khas sehingga sanggup dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, contohnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling bekerjasama dan berpengaruh, sehingga memilih kualitas tindakan atau sikap individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Untuk menjelaskan wacana kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan wacana aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya meliputi :
  1. Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi adat perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
  2. Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang tiba dari lingkungan.
  3. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
  4. Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti gampang tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
  5. Responsibilitas (tanggung jawab) ialah kesiapan untuk mendapatkan risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau mendapatkan risiko secara wajar, basuh tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
  6. Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Setiap individu mempunyai ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang memperlihatkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :

Kepribadian yang sehat

  1. Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; bisa menilai diri apa adanya wacana kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
  2. Mampu menilai situasi secara realistik; sanggup menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau mendapatkan secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
  3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; sanggup menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, arogan atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, beliau tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
  4. Menerima tanggung jawab; beliau mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
  5. Kemandirian; mempunyai sifat berdikari dalam cara berfikir, dan bertindak, bisa mengambil keputusan, mengarahkan dan membuatkan diri serta mengikuti keadaan dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
  6. Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, sanggup menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
  7. Berorientasi tujuan; sanggup merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap acara dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara membuatkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
  8. Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, tenggang rasa terhadap orang lain, mempunyai kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain menyerupai dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, alasannya ialah kekecewaan dirinya.
  9. Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan mempunyai sikap dekat dalam bekerjasama dengan orang lain.
  10. Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
  11. Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).

Kepribadian yang tidak sehat

  1. Mudah murka (tersinggung)
  2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
  3. Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
  4. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
  5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari sikap menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
  6. Kebiasaan berbohong
  7. Hiperaktif
  8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
  9. Senang mengkritik/mencemooh orang lain
  10. Sulit tidur
  11. Kurang mempunyai rasa tanggung jawab
  12. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
  13. Kurang mempunyai kesadaran untuk menaati aliran agama
  14. Pesimis dalam menghadapi kehidupan
  15. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

Faktor-faktor penentu kepribadian

Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu.[1] Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis ialah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang bau tanah dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.[1]

Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang menawarkan sejumlah dapat dipercaya terhadap argumen bahwa faktor keturunan mempunyai kiprah penting dalam memilih kepribadian seseorang.[1] Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari sikap dan temperamen anak-anak. [1] Dasar kedua berfokus pada bawah umur kembar yang dipisahkan semenjak lahir.[1] Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam banyak sekali situasi.[1]

Penelitian terhadap bawah umur menawarkan pemberian yang kuat terhadap dampak dari faktor keturunan.[5] Bukti memperlihatkan bahwa sifat-sifat menyerupai perasaan malu, rasa takut, dan berangasan sanggup dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan.[5] Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari aba-aba genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor menyerupai tinggi tubuh dan warna rambut.[5]

Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan semenjak lahir dan dibesarkan secara terpisah.[6] Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini membuktikan bahwa belahan variasi yang signifikan di antara bawah umur kembar ternyata terkait dengan faktor genetis.[1] Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih menyerupai dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.[1]

Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi dampak cukup besar terhadap pembentukan aksara ialah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang insan sanggup alami.[1] Faktor lingkungan ini mempunyai kiprah dalam membentuk kepribadian seseorang.[1] Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya mempunyai sedikit dampak pada kultur yang lain.[1] Misalnya, orang-orang Amerika Utara mempunyai semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan adat kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan berangasan bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.[1]

Sifat-sifat kepribadian

Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan sikap individu seseorang.[1] Karakteristik yang umumnya menempel dalam diri seorang individu ialah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut.[7] Karakteristik-karakteristik tersebut jikalau ditunjukkan dalam banyak sekali situasi, disebut sifat-sifat kepribadian.[7] Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang menerima perhatian cukup besar alasannya ialah para peneliti telah usang meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian sanggup membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.[7]

Cara identifikasi kepribadian

Terdapat sejumlah upaya awal untuk mengidentifikasi sifat-sifat utama yang mengatur perilaku.[8] Seringnya, upaya ini sekadar menghasilkan daftar panjang sifat yang sulit untuk digeneralisasikan dan hanya menawarkan sedikit bimbingan simpel bagi para pembuat keputusan organisasional.[8] Dua pengecualian ialah Myers-Briggs Type Indicator dan Model Lima Besar.[8] Selama 20 tahun hingga dikala ini, dua pendekatan ini telah menjadi kerangka kerja yang secara umum dikuasai untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sifat-sifat seseorang.[8]

Myers-Briggs Type Indicator
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI)[9] ialah tes kepribadian memakai empat karakteristik dan mengklasifikasikan individu ke dalam salah satu dari 16 tipe kepribadian. Berdasarkan tanggapan yang diberikan dalam tes tersebut, individu diklasifikasikan ke dalam karakteristik ekstraver atau introver, sensitif atau intuitif, pemikir atau perasa, dan memahami atau menilai[8]. Instrumen ini ialah instrumen penilai kepribadian yang paling sering digunakan.[10] MBTI telah dipraktikkan secara luas di perusahaan-perusahaan global menyerupai Apple Computers, AT&T, Citgroup, GE, 3M Co., dan banyak sekali rumah sakit, institusi pendidikan, dan angkatan bersenjata AS.[10]

Model Lima Besar
Myers-Briggs Type Indicator kurang mempunyai bukti pendukung yang valid, tetapi hal tersebut tidak berlaku pada model lima faktor kepribadian -yang biasanya disebut Model Lima Besar.[8] Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah besar penelitian mendukung bahwa lima dimensi dasar saling mendasari dan meliputi sebagian besar variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia.[11] Faktor-faktor lima besar meliputi ekstraversi (extraversion), gampang akur dan bersepakat (agreeableness), sifat berhati-hati (neuroticism), stabilitas emosi (conscientiousness), dan terbuka terhadap hal-hal gres (openness to experience).[11] Lima dimensi ini ada dalam tiap manusia, namun hanya satu dimensi yang mendominasi.

Menilai kepribadian

Sepuluh kartu yang dipakai dalam Rorschach Inkblot test.
Alasan paling penting mengapa manajer perlu mengetahui cara menilai kepribadian ialah alasannya ialah penelitian memperlihatkan bahwa tes-tes kepribadian sangat mempunyai kegunaan dalam membuat keputusan perekrutan.[1] Nilai dalam tes kepribadian membantu manajer meramalkan calon terbaik untuk suatu pekerjaan.[1]

Terdapat tiga cara utama untuk menilai kepribadian[1]:
  1. Survei mandiri
  2. Survei peringkat oleh pengamat
  3. Ukuran proyeksi (Rorschach Inkblot test dan Thematic Apperception Test)

Sifat kepribadian utama yang memengaruhi sikap organisasi

Evaluasi inti diri
Evaluasi inti diri ialah tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas lingkungan mereka.[12] Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan oleh dua elemen utama: harga diri dan lokus kendali.[12] Harga diri didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat hingga mana individu menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia.[12]

Machiavellianisme
Machiavellianisme ialah tingkat di mana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses.[12] Karakteristik kepribadian Machiavellianisme berasal dari nama Niccolo Machiavelli, penulis pada kurun keenam belas yang menulis wacana cara mendapatkan dan memakai kekuasaan.[12]

Narsisisme
Narsisisme ialah kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan legalisasi berlebih, dan mengutamakan diri sendiri.[1] Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka ialah pemimpin yang lebih baik bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebetulnya menilai mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk.[1] Individu narsisis seringkali ingin mendapatkan legalisasi dari individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sehingga individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar kepada individu yang mengancam mereka.[1] Individu narsisis juga cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya[1].

Pemantauan diri
Pemantauan diri ialah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor situasional eksternal.[13] Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi memperlihatkan kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan sikap dengan faktor-faktor situasional eksternal[13]. Bukti memperlihatkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi cenderung lebih memerhatikan sikap individu lain dan berilmu mengikuti keadaan bila dibandingkan dengan individu yang mempunyai tingkat pemantauan diri yang rendah.[13]

Kepribadian tipe A
Kepribadian tipe A ialah keterlibatan secara berangasan dalam usaha terus-menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain.[4] Dalam kultur Amerika Utara, karakteristik ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara positif dengan ambisi dan perolehan barang-barang material yang berhasil.[4] Karakteristik tipe A adalah:[4]
  1. selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
  2. merasa tidak sabaran;
  3. berusaha keras untuk melaksanakan atau memikirkan dua hal pada dikala yang bersamaan;
  4. tidak sanggup menikmati waktu luang;
  5. terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang bisa mereka peroleh.
Kepribadian proaktif
Kepribadian proaktif ialah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif membuat perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan.[1]

Aspek-Aspek Kepribadian 

Aspek-aspek peribadian - Menurut Abin Syamsuddin (2003) yang mengemukakan mengenai aspek-apek kerpibadian yaitu sebagai berikut...

  1. Karakter, ialah konsekuen tidaknya mematuhi adat sikap konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat. 
  2. Temperamen, ialah disposisi rekatif seorang, atau cepat lambatnya mengenai mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan  akan yang tiba dari lingkungannya. 
  3. Sikap, ialah sambutan terhadap objek yang sifatnya positif, negatif atau ambivalen. 
  4. Stabilitas emosi, yaitu ukuran kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan lingkungannya, Misalnya gampang tidak tersinggung, marah, putus asah atau sedih. 
  5. Responsibilitas (tanggung jawab), yaitu kesiapan untuk mendapatkan risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Misalnya mau mendapatkan risiko yang wajar, basuh tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.  
  6. Sosiabilitas , ialah disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Misalnya, sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.  


Unsur-Unsur Kepribadian/Susunan Kepribadian 

Pola-pola sikap dari setiap insan secara individual sebetulnya unik dan berbeda satu sama lainnya. Perilaku insan ditentukan dari naluri, dorongan-dorongan, refleks-refleks, atau kelakuan insan yang tidak dipengaruhi lagi dan ditentukan melalui logika dan jiwanya menyerupai tindakan yang membagi buta.

Unsur-Unsur Kepribadian - Unsur-unsur logika dan jiwa yang memilih perbedaan sikap tiap-tiap individu itu disebut susunan kepribadian  yang meliputih dari hal-hal dibawah ini...

1. Pengetahuan 
Pengetahuan individu terisi dengan fantasi, pemahaman, dan konsep-konsep yang lahir dari pengamatan dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang berbeda dari dalam lingkungan individu tersebut. Semua itu direkam dalam otak dan bertahap diungkapkan oleh individu dalam bentuk perilaku.

2. Perasaan 
Perasaan ialah suatu keadaan kesadaran insan dengan menghasilkan evaluasi positif atau negatif terhadap suatu. Bentuk evaluasi itu dipengaruhi oleh pengetahuannya. Sehingga perasaan selalu bersifat subjektif dengan adanya unsur evaluasi sebelumnya, yang sanggup jadi berbeda dengan evaluasi orang lain. Perasaan mengisi penuh kesadaran insan ditiap dikala dalam hidupnya.

3. Dorongan Naluri 
Dorongan naluri ialah kemauan yang suda menjadi naluri bagi setiap manusia. Sedikitnya terdapat tujuh macam dorongan naluri antara lain sebagai berikut...

  • Dorongan untuk mempertahankan hidup
  • Dorongan seksual 
  • Dorongan untuk mencari makan 
  • Dorongan untuk berbakti 
  • Dorongan untuk bergaul dan juga berinteraksi antar sesama manusia
  • Dorongan dalam menjiplak setiap tingkah laris dari sesamanya 
  • Dorongan akan keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak


Pencarian yang paling banyak dicari
  • materi kepribadian
  • contoh kepribadian
  • ciri ciri kepribadian
  • aspek aspek kepribadian
  • pengertian kepribadian secara umum
  • jenis jenis kepribadian
  • sifat sifat kepribadian
  • makalah kepribadian
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

No comments

Advertiser