Pengertian Dan Makna Bhinneka Tunggal Ika Beserta Kata Mutiara Dan Gambar

Pengertian Dan Makna Bhinneka Tunggal Ika Beserta Kata Mutiara Dan Gambar

Pengertian Dan Makna Bhinneka Tunggal Ika Beserta Kata Mutiara Dan Gambar

Berdasarkan Wikipedia Bahasa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika ialah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Jika diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kataika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap ialah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.



Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam  Garuda Pancasila   sebagai Lambang Negara Republik Indonesia. Lambang negara Indonesia ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika  Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk mirip jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno dan diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950. Penggunaan lambang negara diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36A dan UU No 24 Tahun 2009 wacana Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. (LN 2009 Nomor 109, TLN 5035). Sebelumnya lambang negara diatur dalam Konstitusi RIS, Undang-Undang Dasar Sementara 1950, dan Peraturan Pemerintah No. 43/1958

Pasal 36 A, yaitu Lambang Negara Ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan Pasal 36 B: Lagu Kebangsaaan ialah Indonesia Raya. Menurut risalah sidang MPR tahun 2000, bahwa masuknya ketentuan mengenai lambang negara dan lagu kebangsaan kedalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang melengkapi pengaturan mengenai bendera negara dan bahasa negara yang telah ada sebelumnya merupakan ikhtiar untuk memperkukuh kedudukan dan makna atribut kenegaraan ditengah kehidupan global dan kekerabatan internasional yang terus berubah.Dengan kata lain, kendatipun atribut itu sepertinya simbolis, hal tersebut tetap penting, lantaran memperlihatkan identitas dan kedaulatan suatu negara dalam pergaulan internasional. Atribut kenegaraan itu menjadi simbol pemersatu seluruh bangsa Indonesia ditengah perubahan dunia yang tidak jarang berpotensi mengancam keutuhan dan kebersamaan sebuah negara dan bangsa tak terkecuali bangsa dan negara Indonesia.

Kalimat Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam buku Sutasoma, karangan Mpu Tantular pada masa kerajaan Majapahit sekitar kurun ke-14. Dalam buku Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhinneka Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga keanekaragam agama dan kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit

Secara harfiah pengertian Bhinneka Tunggal Ika ialah Berbeda-beda tetapi Satu Itu.  Adapun makna Bhinneka Tunggal Ika  adalah  meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap ialah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan

Kata Bhineka Tunggal Ika sanggup pula dimakna bahwa  meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang mempunyai kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun keseluruhannya itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan namun justru keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya justru memperkaya sifat dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.


Bagi bangsa Indonesia semboyan Bhineka Tunggal Ika merupakan dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Perwujudan semboyan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dilakukan dengan cara hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa,agama,bahasa,adat istiadat, warna kulit dan lain-lain. Seperti di ketahui Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau dimana setiap tempat mempunyai budpekerti istiadat,bahasa,aturan,kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhineka tunggal Ika pastinya akan terjadi banyak sekali kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika kita harus membuang jauh-jauh sikap mementingkana dirinya sendiri atau wilayahnya sendiri tanpa perduli kepentngan bersama. Bila hal tersebut terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah.Oleh lantaran itu marilah kita jaga bhineka tunggal ika dengan sebaik-baiknya biar persatuan bangsa dan negara Indonesia tetap terjaga.


Pengertian Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika sebaga jati diri bangsa sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka yaitu semenjak zaman majapahit.Bhinneka Tunggal Ika ialah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.Kalimat ini merupakan kutipan dari falsafah nusantara kakawinJawa Kuno yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaanMajapahit sekitar kurun ke-14. Kalimat ini juga sudah digunakan sebagai motto pemersatu Nusantara, yang diikrarkan oleh Patih Gajah Mada.


Kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggalberarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap ialah satu kesatuan.Saat Indonesia merdeka oleh para pendiri bangsamencantumkan kalimat Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa Indonesia yang sanggup dilihat padalambang negara Garuda Pancasila Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Kebhinekaan Bangsa Indonesia

Kebhinekaan bangsa Indonesia meliputi

1.   Kebhinekaan Mata Pencaharian
Indonesia merupakan negara kepulauan dan mempunyai kondisi alam yang berbeda-beda, mirip dataran tinggi/pegunungan maupun dataran rendah/pantai sehingga masyarakat yang tinggal didaerah tersebut harus menyesuaikan cara hidupnya dengan alam disekitarnya. Kondisi alam juga mengakibatkan perbedaan mata pencaharian ada yang sebagai petani, nelayan, pedagang pegawai, peternak dan lain-lain sehingga kebinekaan mata pencaharian tersebut sanggup menjalin persatuan lantaran satu sama lain saling membutuhkan

2.   Kebhinekaan ras
Letak Indonesia sangat strategis sehingga Indonesia menjadi tempat persilangan jalur perdagangan. Banyaknya kaum pendatang ke Indonesia mengakibatkan terjadinya akulturasi baik pada ras, agama, kesenian maupun budaya. Ras di Indonesia terdiri dariPapua Melanesoid yang berdiam di Pulau Papua, dengan ciri fisik rambut keriting, bibir tebal dan kulit hitam. RasWeddoid dengan jumlah yang relatif sedikit, mirip orang Kubu, Sakai, Mentawai, Enggano dan Tomuna dengan ciri-ciri fisik, perawakan kecil, kulit sawo matang dan rambut berombak. Selain itu ada Ras MalayanMongoloid berdiam di sebagian besar kepulauan Indonesia, khususnya di Kepulauan Sumatera dan Jawa dengan ciri-ciri rambut keriting atau lurus, muka agak bulat, kulit putih hingga sawo matang. Kebhinekaan tersebut tidak mengurangi persatuan dan kesatuan lantaran tiap ras saling menghormati dan tidak menganggap ras nya paling ungul.

3.   Kebhinekaan Suku Bangsa
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh perairan. Pulau-pulau terisolasi dan tidak saling berhubungan. Akibatnya setiap pulau/wilayah mempunyai keunikan tersendiri baik dari segi budaya, budpekerti istiadat, kesenian, maupun bahasa. Adanya kebhinekaan tersebut menjadikan Indonesia sangat kaya. Walaupun berbeda tetapi tetap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Terbukti dengan menempatkan bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi dan persatuan

4.   Kebinekaan agama
Masuknya kaum pendatang baik yang berniat untuk berdagang maupun menjajah membawa misi penyebaran agama yang mengakibatkan kebinekaan agama di Indonesia. Ada agama Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu serta aliran kepercayaan. Kebhinekaan agama sangat rentan akan konflik, tetapi dengan semangat persatuan dan semboyan bhineka tunggal ika konflik tersebut sanggup dikurangi dengan cara saling toleransi antar umat beragama. Setiap agama tidak mengajarkan untuk menganggap agamanya yang paling benar tetapi saling menghormati dan menghargai perbedaan sehingga sanggup hidup rukun saling berdampingan dan tolong menolong di masyarakat

5.   Kebhinekaan Budaya
Budaya ialah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya insan dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri insan dengan cara belajar.Budaya mempunyai tujuan untuk mengubah sikap dan juga sikap SDM kearah yang lebih baik. Masuknya kaum pendatang juga mengakibatkan kebhinekaan budaya di Indonesia sehingga budaya tradisional bermetamorfosis budaya yang modern tanpa menghilangkan budaya orisinil Indonesia sendiri mirip budaya sopan santun, kekeluargaan dan gotong royong. Budaya tradisional dan modern hidup berdampingan di masyarakat tanpa saling merendahkan satu sama lain

6.     Gender/jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin ialah sesuatu yang sangat alami, tidak memperlihatkan adanya tingkatan. Anggapan berpengaruh bagi pria dan lemah bagi perempuan, ialah tidak benar. Masing-masing mempunyai kiprah dan tanggungjawab yang saling membutuhkan dan melengkapi. Zaman dahulu kaum perempuan tidak diberi kesempatan yang sama untuk menyebarkan potensinya dan seringkali tugasnya dibatasi hanya sekitar rumah saja. Pekerjaan rumah yang itu-itu saja, dianggap tidak banyak menuntut kreatifitas, kecerdasan dan wawasan yang luas, sehingga perempuan dianggap lebih kolot dan tidak terampil. Sekarang ini perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk sekolah, menyebarkan talenta dan kemampuannya. Banyak kaum perempuan yang menduduki posisi penting dalam jabatan publik


Makna Bhinneka Tunggal Ika bagi bangsa dan negara

Walaupun bangsa kita berbeda dan bermacam-macam dalam hal suku bangsa, mata pencaharian, bahasa daerah, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME, ras/keturunan serta gender tetapi harus tetap berada dalam satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kita harus sanggup menerapkan persatuan dalam kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa,agama,bahasa,adat istiadat,warna kulit dan lain-lain. tanpa adanya kesadaran sikap untuk menjaga Bhinneka Tunggal Ika akan terjadi banyak sekali kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang setiap orang akan hanya mementingkan dirinya sendiri atau wilayahnya sendiri tanpa perduli kepentingan bersama.Bila hal tersebut terjadi di negara kita ini akan terpecah belah, oleh lantaran itu marilah kita jaga Bhinneka Tunggal Ika dengan sebai-baiknya biar persatuan bangsa dan negara Indonesia tetap terjaga dan kita pun haruslah sadar bahwa menyatukan bangsa ini memerlukan usaha yang panjang yang dilakukan oleh para pendahulu kita dalam menyatukan wilayah Republik Indonesia menjadi negara kesatuan.

Kata Mutiara Bhinneka Tunggal Ika

Saat ini negara kita banyak diramaikan dengan insiden yang abnormal dan kalau saya bisa katakan agak GANJIL..( mungkin Cuma Bahasa Saya ).
Kenapa Saya berkata mirip itu,,,???
Dijaman yang serba Modern ini, Ternyata makin modern juga segala bentuk Kejadian yang mencakup Kejahatan, Pendidikan termasuk Para Pelajarnya juga, Politik dll, Yang semua itu menjadikan sebuah pertanyaan untuk kita...bahwa apakah kita semakin maju secara pengetahuan atau semakin mundur secara akhlak....???

Banyak yang kita dengar baik dari gosip yang sanggup kita tonton pada Televisi atau yang kita baca pada koran-koran yang semua itu mengisyaratkan bahwa negara kita ini sebetulnya banyak mengalami kemunduran.
Eits...tunggu dulu...Boleh Tudak Setuju...tapi ini cuma sebuah evaluasi dan bukan Kenyataan yang harus kita Amini kesemuanya.
Memang kita tidak sanggup terus menoleh kebelakang untuk membandingkan keadaan sekarang. Tapi kadang kita juga harusnya mau berguru dari sejarah bangsa kita sendiri yang berdasarkan saya sangat banyak yang baik dan seharusnya memang kita harus Bangga dengan sejarah bangsa sendiri.

Saya pernah minta tolong dengan beberapa siswa Sekolah Menengah Pertama dan Siswa Sekolah Menengan Atas untuk menyanyikan lagu nasional Indonesia, Lagu Indonesia Raya dan Garuda Panca Sila.
Mau tahu Hasilnya.....????
Ternyata mereka lebih berbakat dan hapal lagu-lagu Band-band Indie jaman kini bahkan hingga lagu-lagu dari negara luar...
Pertanda apa itu ....??
Kalau saya yang harus disuruh menjawab dan dengan bahasa saya sendiri, maka saya akan menjawab :

  1. Bangsa ini sedang krisis Nasionalisme
  2. Bangsa ini punya Banyak generasi yang sudah tidak perduli lagi akan Sejarah bangsanya.
  3. Bangsa yang mempunyai kriteria gampang melupakan ikatan emosianal berbangsa.
  4. Bangsa yang juga Krisis Kepemimpinan.


Dan mungkin banyak lagi.....

Apa saya salah punya evaluasi mirip itu,,,??, Bagi sebagian orang mungkin SALAH...tapi kenapa kita tidak coba jujur dengan kenyataan yang terjadi kini ini.
Dunia Pendidikan dipenuhi dengan banyak sekali keganjilan dan keteledoran dari tubuh yang seharusnya mengawasi dan menuntun kearah yang lebih santun, Tapi coba ingat berapa kali dengan banyak sekali alasan terjadi keganjilan di dunia pendidikan mirip Buku Pelajaran yang tidak pantas diedarkan untuk pembelajaran siswa...
Ada begitu banyak kasus-kasus dalam dunia pendidikan yang harus segera dicarikan solusi terbaik bersama...

• Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai jasa-jasa
pahlawannya.
[Ir. SOEKARNO, Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]


Saya sengaja mengutip Kata-kata Mutiara Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia Pertama, lantaran kata-kata itu keluar jiwa dari salah satu Pemimpin besar bangsa ini.

Ada banyak Pekerjaan Rumah Bangsa ini yang harus diselesaikan, Tentunya semua itu harus dimulai dari Kebijakan Pemimpin negara ini, kita tidak harus kembali dengan memakai cara masa kemudian tetapi cukup dengan menghargai dan meneguhkannya dihati bahwa kita harus menjadi bangsa yang baik, Bangsa yang kuat, bangsa yang adil secara hukum, kehidupan berbangsa, bangsa yang punya harga diri dan menghargai segala bentuk budaya bangsa ini.
Kita harus berguru lagi arti persatuan dan kesatuan...karena tidak ada kata telat untuk memulai sesuatu....

Mulailah cintai bangsa ini sebenarnya...bukan hanya cukup hidup dan merasa berbangsa....

Ada banyak Contoh dari kata-kata Mutiara Ir. Soekarno pada masa Hidupnya dan masa Kewibawaan Negara selama dipimpin Beliau tanpa melupakan para Pemimpin lainnya.
Layak untuk kita baca dan Resapi makna dari perkataan beliau...
Karena Tidaklah Hebat suatu Bangsa yang gampang MELUPAKAN para Pahlawan-Pahlawannya............

Nasionalisme kita ialah nasionalisme yang menciptakan kita menjadi
"perkakasnya Tuhan", dan menciptakan kita menjadi "hidup di dalam
rokh".
[Suluh Indonesia Muda, 1928]

Nasionalisme yang sejati, nasionalismenya itu bukan se-mata-mata
copie atas tiruan dari Nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa
cinta akan insan dan kemanusiaan.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 5]

Nasionalisme Eropa ialah satu Nasionalisme yang bersifat serang
menyerang, satu Nasionalisme yang mengejar keperluan Beograd, satu
Nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi, Nasionalisme
semacam itu pastilah salah, pastilah binasa.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 6]

Bangsa yang terdiri dari kaum buruh belaka dan menjadi buruh antara
bangsa-bangsa. Tuan-tuan Hakim-itu bukan nyaman... Tidaklah
karenanya wajib tiap-tiap nasionalls mencegah keadaan itu dengan
seberat-beratnya ? [Indonesia menggugat, hlm. 58]

Bangsa atau rakyat ialah satu jiwa. Jangan kita kira mirip kursikursi
yang dijajarkan. Nah, oleh lantaran bangsa atau rakyat ialah satu
jiwa, maka kita pada waktu memikirkan dasar statis atau dasar dinamis
bagi bangsa, dilarang mencari hal-hal di luar jiwa rakyat itu
Beograd. [Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 37]
Entah bagaimana tercapainya "persatuan" itu, entah bagaimana
rupanya "persatuan" itu, akan tetapi kapal yang membawa kita ke
Indonesia - Merdeka itu, ialah ...."Kapal Persatuan" adanya.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 2]

Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa
mempunyai cara berjuang Beograd, mempunyai karakteristik Beograd.
Oleh lantaran pada hakekatnya bangsa sebagai individu mempunyai
kepribadian Beograd.
[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 7 ]

Kita bangsa yang cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kemerdekaan!
[Pidato HUT Proklamasi, 1946 ]

Bangsa ialah segerombolan insan yang keras ia punya keinginan
bersatu dan mempunyai persamaan tabiat yang berdiam di atas satu
geopolitik yang faktual satu persatuan.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 58]

Kita dari Republik Indonesia dengan tegas menolak chauvinisme itu.
Maka itu di samping sila kebangsaan dengan lekas-lekas kita taruhkan
sila perikemanusiaan.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 64]

Janganlah kita lupakan demi tujuan kita, bahwa para pemimpin berasal
dari rakyat dan bukan berada di atas rakyat.
[Bung Karno penyambung pengecap rakyat, hlm. 69]

Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai jasa-jasa
pahlawannya.
[Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]

Di dalam arti inilah maka pengorbanan mitra Tjipto itu harus kita
artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak
berfaedah. "No sacrifice is wasted".
[Suluh Indonesia Muda, 1928]

Tidak seorang yang menghitung-hitung : "Berapa untung yang kudapat
nanti dari Republik ini, jikalau saya berjuang dan berkorban untuk
mempertahankannya."
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]

Oleh lantaran itu, maka Marhaen tidak sahaja harus mengikhtiarkan
Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan
nasional, tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan
nasional itu harus Marhaen yang memegang kekuasaan.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]

Ini Negara, alat usaha kita. Dulu alat usaha ialah partai. Nah,
alat ini kita gerakkan. Keluar untuk menentang musuh yang hendak
menyerang. Kedalam, memberantas penyakit di dalam pagar, tapi juga
merealisasikan masyarakat adil dan makmur.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 60]

Dari sudut positif, kita tidak bisa membangunkan kultur kepribadian
kita dengan sebaik-baiknya kalau tidak ada rasa kebangsaan yang
sehat.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 65]

Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan
nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang
berani mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan sanggup berdiri
dengan kuatnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1945]

Dalam pidatoku, "Sekali Merdeka tetap Merdeka"! Kucetus semboyan:
"Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN".
[Pidato HUT Proklamasi, 1946]

Dalam pidatoku Rawe-rawe rantas, malang-malang putung kutegaskan
Rawe-rawe rantas, malang-malang putung ! Kita tidak mau. Dua kita
melawan! Sesudah Belanda menggempur .....mulailah ia dengan
politiknya devide et impera, politiknya memecah belah .....maka kita
bangsa Indonesia bersemboyan bersatu dan berkuasa.
[Pidato HUT Proklamasi, 1947]

Kemerdekaan tidak menyudahi soal-soal, kemerdekaan malah
membangun soal-soal, tetapi kemerdekaan juga memberi jalan untuk
memecahkan soal-soal itu. Hanya ketidak-kemerdekaanlah yang tidak
memberi jalan untuk memecahkan soal-soal .... Rumah kita dikepung,
rumah kita hendak dihancurkan ..... Bersatulah Bhinneka Tunggal Ika.
Kalau mau dipersatukan, tentulah bersatu pula.
[Pidato HUT Proklamasi, 1948]

Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa
pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali.
[Pidato HUT Proklamasi, 1949]

Janganlah menerka kita semua sudah cukup berjasa dengan turunnya
sitiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk, belumlah
pekerjaan kita selesai! Berjuanglah terus dengan mengucurkan
sebanyak-banyaknya keringat.
[Pidato HUT Proklamasi, 1950]

Adakanlah ko-ordinasi, adakanlah simponi yang seharmonisharmonisnya
antara kepentingan Beograd dan kepentingan umum, dan
janganlah kepentingan Beograd itu dimenangkan di atas kepentingan
umum.
[Pidato HUT Proklamasi, 1951]

Kembali kepada jiwa Proklamasi .... kembali kepada sari-intinya yang
sejati, yaitu pertama jiwa Merdeka Nasional ... kedua jiwa
ichlas...ketiga jiwa persatuan... keempat jiwa pembangunan.
[Pidato HUT Proklamasi, 1952]

Bakat persatuan, talenta "Gotong Royong" yang memang telah berurat
berakar dalam jiwa Indonesia, ketambahan lagi daya penyatu yang
tiba dari azas Pancasial.
[Pidato HUT Proklamasi, 1953]

Dengan "Bhinneka Tunggal Ika" dan Pancasila, kita prinsipil dan
dengan perbuatan, berjuang terus melawan kolonialisme dan
imperialisme di mana saja.
[Pidato HUT Proklamasi, 1954]

Sepuluh tahun telah kita Merdeka, tetapi masih ada saja orang-orang
yang dihinggapi minderwaardigheids complexen terhadap orang asing,
masih ada saja orang-orang yang lebih mengetahui dan mencintai
kultur Eropa dari pada kultur Beograd. Sehatkanlah kehidupan polltik
kita dengan jalan Pemilihan Umum itu. Engkau bisa, hei Rakyat, sebab
engkaulah yang menjadi hakim-bukan aku, bukan Bung Hatta, bukan
Angkatan Perang, bukan Kabinet.
17 AGUTUS 1955]

Dalam pidatoku: "Berilah isi kepada kehidupanmu" kutegaskan:
"Sekali kita berani bertindak revolusioner, tetap kita harus berani
bertindak revolusloner .... jangan ragu-ragu, jangan mandek setengah
jalan..." kita ialah "fighting nation" yang tidak mengenal "yourney'send"
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]

Dalam pidatoku, "Satu Tahun Ketentuan "ku-kobar-kobarkan Revolusi
Indonesia benar-benar Revolusi Rakyat .... Tujuan kita masyarakat
adil-makmur, masyarakat Rakyat untuk Rakyat, karakteristik segenap
tindak tanduk usaha kita harus tetap karakteristik
Rakyat.demokrasi met leiderschap, demokrasi terpimpin.
[Pidato HUT Proklamasi, .1957 ]

Dalam pidatoku, "Tahun Tantangan" kusimpulkan, "Rakyat 1958
sekarang sudah lebih sadar ....tidak lagi tak terperinci siapa kawan, siapa
lawan, tidak lagi tak terperinci siapa yang setia dan siapa pengkhianat .....
siapa pemimpin sejati dan siapa pemimpin anteknya asing ....siapa
pemimpin pengabdi Rakyat dan siapa pemimpin gadungan. Dalam
masa tantangan-tantangan mirip kini ini, lebih dari pada dimasamasa
yang lampau kita harus menggembleng kembali
Persatuan...Persatuan ialah tuntutan sejarah".
[Pidato HUT Proklamasi, 1958]

Dalam pidatoku, "Penemuan Kembali Revolusi Kita" yang kemudian
diperkuat oleh seluruh nasion dan disahkan sebagai Manifesto Politik
Republik Indonesia kurumuskanlah "tiga segi" kerangka Revolusi kita
dan 5 (lima) persoalan-persoalan pokok Revolusi Indonesia yaltu:
Dasar/tujuan dan kewajiban-kewajiban Revolusi Indonesia, kekuatan
sosial Revolusi Indonesia, dan musuh-musuh Revolusi Indonesia.
[Pidato HUT Proklamasi, 1959 ]

Dalam pidatoku. "Laksana Malaikat yang menyerbu dari langit",
jalannya Revolusi kita kutandaskan perlunya dilaksanakan
"Landreform", perlunya dikonsolidasikan segenap kekuatan untuk
menghadapi imperialis-kolonialis.
[Pidato HUT Proklamasi, 1960]

Atau hendakkah kau menjadi bangsa yang ngglenggem"? Bangsa
yang zelfgenoegzaam? Bangsa yang angler memeteli burung perkutut
dan minum teh nastelgi ? Bangsa yang demikian itu niscaya hancur lebur
terhimpit dalam desak mendesaknya bangsa-bangsa lain yang berebut
rebutan hidup! "verpletterd in het gedrang van mensen en volken,
dievechten om het bestaan".
[Pidato HUT Proklamasi, 1960 ]

Dalam pidatoku Resopim kutegaskan perlunya meresapkan adilnya
Amanat Penderitaan Rakyat, biar meresapkan pula tanggung-jawab
terhadapnya serta mustahilnya usaha besar kita berhasil tanpa Tri
Tunggal Revolusi, Ideologi Nasional progressive dan pimpinan
Nasional.
[Pidato HUT Proklamasi, 1961]

Dalam pidatoku, Tahun Kemenangan" kulancarkan gagasan: "maju
atas dasar kemajuan dan mekar atas dasar kemekaran" "selfpropelling
growth".
[Pidato HUT Proklamasi, 1961]

Sesuatu bangsa yang tidak mempunyai kepercayaan kepada diri
Beograd tidak sanggup berdiri langsung. A nation without faith cannot
stand.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]

Kita mau menjadi satu Bangsa yang bebas Merdeka, berdaulat penuh,
bermasyarakat adil makmur, satu Bangsa Besar yang Hanyakrawati,
gemah ripah loh jinawi, tata tentram kertaraharja, otot kawat balung
wesi, ora tedas tapak palune pande, ora tedas gurindo.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]

Kita bangsa Indonesia, kita pemimpin-pemimpin Indonesia, tidak
boleh berhenti, dilarang duduk membisu tersenyum simpul di atas
damparnya kemasyhuran dan damparnya jasa-jasa di masa. lampau.
Kita dilarang "teren op oud roem", dilarang hidup dari
kemasyhuran yang lewat, oleh lantaran kalau kita "teren op oud roem"
kita nanti akan menjadi satu Bangsa yang "ngglenggem" satu bangsa
yang gila kemuktian, satu bangsa yang berkarat.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963 ]

Terserahlah sejarah nanti menonjolkan atau tidak jasa-jasa atau
kemasyhuran-kemasyhuran itu.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]

Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi pula
gitamu: "Innallaha la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma
biamfusihim" "Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa, sebelum
bangsa itu merobah nasibnya.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964]

Berjuanglah, berusahalah, membanting tulang, memeras keringat,
mengulur-ngulurkan tenaga, aktip, dinamis, meraung, menggeledek,
mengguntur, dan selalu sungguh-sungguh, tanpa kemunafikan, ichlas
berkorban untuk harapan yang tinggi.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964 ]

Karena itu hai Bangsa Indonesia, janganlah kita mencari kepeloporan
mental pada orang lain. Carilah kepeloporan mental itu pada diri
Beograd. Carilah Beograd konsepsi-konsepsimu Beograd. Freedom to
be free ! Freedom to be free !
[Pidato HUT Proklamasi, 1964]

Asal kita setia kepada aturan sejarah dan asal kita bersatu dan
mempunyai tekad baja, kita bisa memindahkan gunung Semeru atau
gunung Kinibalu sekalipun.
[Pidato HUT Proklamasi, 1965]

Abraham Lincoln, berkata: "one cannot escape history, orang tak dapat
meninggalkan sejarah", tetapi saya tambah : "Never leave history".
inilah sejarah perjuangan, inilah sejarah historymu. Peganglah teguh
sejarahmu itu, never leave your own history! Peganglah yang telah kita
miliki sekarang, yang ialah AKUMULASI dari pada hasil SEMUA
perjuangan kita di masa lampau. Jikalau engkau meninggalkan sejarah,
engkau akan berdiri di atas vacuum, engkau akan berdiri di atas
kekosongan dan lantas engkau menjadi bingung, dan akan berupa
amuk, amuk belaka. Amuk, mirip monyet kejepit di dalam gelap.
[Pidato HUT Proklamasi, 1966]

Memberikan selfrespect kepada Bangsa Beograd, memberikan
selfconfidence kepada diri Bangsa Beograd, menawarkan kesanggupan
untuk Berdikari, ialah mutlak perlu bagi tiap-tiap bangsa, di sudut
dunia manapun, di bawah kolong langit manapun.
[Pidato HUT Proklamasi, 1966]

Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang
lampau ialah mempunyai kegunaan sekali untuk menjadi kaca-mata benggalanya
dari pada masa yang akan datang.
[Pidato HUT Proklamasi, 1966]

Karena itu segenap jiwa ragaku berseru Kepada bangsaku Indonesia :
"Terlepas dari perbedaan apapun, jagalah Persatuan, jagalah Kesatuan,
jagalah Keutuhan! Kita sekalian ialah machluk Allah! Dalam
menginjak waktu yang akan datang, kita ini se-olah-olah adalah
buta.
[Pidato HUT Proklamasi, 1966]

Apakah kelemahan kita : "Kelemahan jiwa kita ialah, kita kurang
percaya kepada diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa
penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, pada hal
kita ini asalnya ialah Rakyat Gotong Royong.
[Pidato HUT Proklamasi, 1966]

Pancasila kecuali suatu Weltanschauung ialah alat pemersatu, dan
siapa tidak mengerti perlunya persatuan dan siapa tidak mengerti
bahwa kita hanya sanggup merdeka dan berdiri tegak merdeka jikalau kita
bersatu, siapa yang tidak mengerti itu, tidak akan mengerti Panca Sila.
[Pancasila sebagai dasar negara ]

Ada orang berkata, pada waktu Bung Karno mempropagandakan
Pancasila, pada waktu itu ia menggalinya kurang dalam. Tapi saya
terus terperinci katakan "Saya menggalinya dari empat saf : Saf pra Hindu,
saf Hindu, saf Islam dan saf Imperialis."
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 42 ]

Ke Tuhanan Yang Maha Esa, Kebangsaan, Peri Kemanusiaan,
Kedaulatan Rakyat, Keadilan Sosial. Dari zaman dahulu hingga zaman
kini ini, yang faktual selalu menjadi isi daripada jiwa bangsa
Indonesia.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 38]

Bagaimana seluruh rakyat Indonesia pada garis besarnya ? Kalau pada
garis besarnya telah saya gogo, saya selami, rakyat Indonesia ini
percaya kepada Tuhan.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 49]

Kalau Saudara tanya kepada saya personlijk apakah Bung Karno betulbetul
percaya kepada agama Islam. Saya percaya kepada adanya
Tuhan.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 48]

Kita, sayapun ialah orang Islam, maaf beribu maaf, ke-Islaman saya
jauh belum sempurna, tetapi kalau saudara-saudara membuka saya
punya dada, dan mellhat saya punya hati, tuan-tuan akan dapati tidak
lain tidak bukan hati Islam. Dan hati Islam Bung Karno ini, ingin
membela Islam dalam mufakat, dalam musyawarah. Dengan mufakat
kita perbaiki segala hal juga keselamatan agama, yaitu dengan jalan
pembicaraan atas permusyawaratan dalam Badan Perwakilan Rakyat.
[Pidato lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945]

1. Pancasila, as the sublimation of Indonesia's unity of soul.
2. Pancasila, as the manifestation of the unity the Indonesian nation's
and territory.
3. Pancasila, as WELTANSCHAUUNG in the Indoneslan nation's way
of life, nationallty and internationally.
[Kata Pengantar Bung Karno dalam buku Lahirnya Pancasila, edisi
Bahasa Inggeris, 1 Juni 1964 hlm. 5]

I am not a maker of Pancasila. I am not a creator of Pancasila. I merely
put into words some feelings existing among people, to which I gave
the name of Pancasila. I dug in the ground of the Indoneslan people
and I saw in the heart of the Indonesian nation that there were five
feelings there .... I formulated what we know to day as Pancasila. I
merely formulated it because these five feelings had already lived for
scores of years, even hundreds of years in our innen most hearts.
[Kata Pengantar Bung Karno dalam buku Lahirnya Pancasila, edisi
Bahasa Inggeris, 1 Juni 1964 hlm. 43]

Saya berjuang semenjak tahun 1918 hingga dengan 1945 kini ini
untuk Weltanschauung. Untuk membentuk Nasionalistis Indonesia,
untuk kebangsaan Indonesia, untuk kebangsaan Indonesia yang hidup
di dalam peri kemanusiaan, untuk permusyawaratan, untuk socialrecht-
vaardigheid, untuk Ketuhanan. Pancasila itulah yang berkobarkobar
di dalam dada saya berpuluh tahun.
[Pidato Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945]

Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang
jiwanya berkobar-kobar dengan tekad Merdeka, - Merdeka atau mati !.
1 Juni 1945 lahirnya Pancasila

We want to establish a state, "all for, all", neither for a single
individual nor for one group, whether it be a group of aristocracy or a
group of wealthy-but, "all for all".
Kita ingin mendirikan satu Negara "semua buat semua", bukan satu
Negara untuk satu orang, bukan satu Negara untuk satu golongan,
walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan Negara "semua buat
semua".
1 Juni 1945 lahirnya Pancasila

Tokh diberi hak atau tidak diberi hak, tiap-tiap bangsa tidak boleh
tidak, niscaya karenanya bangun menggerakkan tenaganya, kalau ia sudah
terlalu mencicipi celakanya diri teraniaya oleh satu daya angkara
murka. Jangan lagi manusla, jangan lagi bangsa walau cacingpun tentu
bergerak berkelegut-kelegut kalau mencicipi sakit.
Indonesia menggugat, hlm. 09

Indonesia Merdeka hanyalah suatu jembatan walaupun jembatan emas
di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama
rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]

Jikalau kita membaca seorang pemimpin Irlandia lain, Erskin Childers
berkata, "Kemerdekaan bukanlah soal tawar-menawar, kemerdekaan
sebagai maut, dia ada atau tidak ada. Kalau orang, menguranginya,
maka itu bukan kemerdekaan lagi".
Indonesia menggugat, hlm. 86

Kemerdekaan untuk merdeka. Kemerdekaan berarti mengakhiri untuk
selama-lamanya penghisapan bangsa oleh bangsa, penghisapanpenghisapan
yang tak eksklusif maupun penghisapan yang langsung.
Pidato KTT Non-Blok, 1- 9 -1961

Selama rakyat belum mencapai kekuasaan politik atas negeri Beograd,
maka sebagian atau semua syarat-syarat hidupnya, baik ekonomi,
maupun sosial, maupun politik, diperuntukkan bagi yang bukan
kepentingannya, bahkan bertentangan dengan kepentingannya.
Indonesia menggugat, hlm. 81

Kemerdekaan ialah jembatan emas. di seberang jembatan, jembatan
emas inilah kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia Merdeka yang
gagah kuat, sehat, kekal dan abadi.
[Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945]

Tetapi kecuali daripada itu, maka insiden menjadi merdekanya
sesuatu bangsa yang tadinya dijajah oleh imperialisme bangsa lain,
merdeka, betul-betul merdeka, dan bukan merdeka boneka.
Kepada bangsaku hlm. 375

Perbaikan nasib ini hanyalah bisa tiba seratus persen, bilamana
masyarakat sudah tidak ada kapitalisme dan imperialisme.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]

 .... di dalam harapan politikku, saya ini seorang nasionalis, dalam citacita
sosialku saya ini sosialis, di dalam harapan sukmaku saya ini sama
sekali theis. Sama sekali percaya kepada Tuhan, sama sekali ingin
mengabdi kepada Tuhan.
[Kepada bangsaku]

Ya., saya tahu bahwa saya sering dicemooh orang yang tidak senang
kepada saya, bahwa saya ialah katanya "manusia perasan", gevoelsmens,
dan bahwa saya di dalam politik terlalu bersifat "manusia seni",
terlalu bersifat artis. Alangkah senangnya saya dengan cemoohan itu!
Saya mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa
saya dilahirkan dengan sifat-sifat gevoels-mens dan artis, dan saya
gembira bahwa Bangsa Indonesia pun ialah satu "Bangsa perasaan"
(satu gevoelsvolk) dan Bangsa Artis - satu artisenvolk.
[Pidato HUT Proklamasi, 1963]

Semua orang tahu bahwa saya ini penggemar seni rupa, baik patung,
lukisan-lukisan maupun yang lain-lain. Aku lebih suka lukisan
Samudera yang gelombangnya memukul-mukul, menggebu-gebu, dari
pada lukisan sawah yang adem-ayem-tentrem, "kadyo siniram wayu
sewindu lawase".
[Pidato HUT Proklamasi, 1964]

Oemar Said Tjokroaminoto berumur 63 tahun ketika saya tiba ke
Surabaya. Pak Tjokro mengajarkan wacana apa dan siapa dia, bukan
wacana apa yang ia ketahui ataupun wacana apa jadinya saya kelak.
[Bung Karno penyambung pengecap rakyat, hlm. 52 ]

Dr. Douwe Dekker, Setiabudi ketika umurnya sudah 50 tahun
menyampaikan kepada partainya N.I.P. "Umur saya semakin lanjut,
dan bila tiba saatnya saya akan mati bahwa ialah kehendak saya
supaya Sukarno yang menjadi pengganti saya. Anak muda ini, akan
menjadi Juru Selamat dari rakyat Indonesia di masa yang akan datang".
[Bung Karno penyambung pengecap rakyat, hlm. 67]

Men kan niet onderwijzen wat men wil, men kan niet, onderwijzen wat
men weet, men kan alleen onderwijzen wat men is.
Orang tidak bisa mengajarkan apa yang ia mau, orang tidak bisa
mengajarkan apa yang ia tahu, orang hanya bisa mengajarkan apa ia
adanya.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 514 ]

Demokrasi kita harus kita jalankan ialah Demokrasi Indonesia,
membawa kepribadian Indonesia.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 105

Parlementaire Demokrasi ialah ideologi politik dari pada Kapitalisme
yang sedang naik.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 91 ]

Aku bersemboyan; Biar melati dan mawar dan kenanga dan cempaka
dan semua bunga mekar bersama di taman sari Indonesia.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964]

Ramalan kedua dari Pak Tjokro, satu malam di tengah keluarga, die
berbicara, "Ikutilah anak ini dia diutus oleh Tuhan untuk menjadi
Pemimpin Besar Kita":
[Bung Karno penyambung pengecap rakyat, hlm. 68]

Pada satu waktu saya hingga kepada suatu dikala memerlukan satu nama
umum bagi semua yang kecil-kecil ini. Ya buruh, ya tani, ya pegawai,
ya nelayan dan lain-lainnya, semuanya tidak ada yang besar, melainkan
kecil-kecil semuanya. Lantas saya beri nama kepada semuanya itu
Marhaen!.
[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 25 ]

Ilmu hanyalah ilmu sejati, jikalau ilmu itu ialah untuk membawa
kebahagiaan kepada manusia.
[Menggali api Pancasila, hlm. 15]

Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar lantaran rakyat,
aku berjuang lantaran rakyat dan saya penyambung pengecap rakyat.
[Menggali api Pancasila, hlm. 11]

Seringkali saya mencicipi badanku mirip akan lemas, nafasku akan
berhenti, apabila saya tidak bisa keluar dan bersatu dengan rakyat jelata
yang melahirkanku.
[Bung Karno penyambung pengecap rakyat, hlm. 13 ]

Dan saya sadar hingga kini ini, "the service of freedom is a
deathless service". Badan insan bisa hancur ...., tapi ia punya
"service of freedom" tidak bisa ditembak mati.
[Kata-Kata Pribadi Presidan Sukarno Dalam Sidang MPRS Ke-IV
1966]

Demikian beberapa Kata-kata mutiara dan Amanat Bung Karno yang dari kesemuanya seandainya kita sanggup dengan jeli mencermati dan meresapi Makna dari keseluruhan kata-kata Bung karno, Kita sanggup mengerti betapa Beliau sangat Mencintai Bangsa ini dan Juga Rakyatnya....
Sangat Sulit kini ini menemui Pemimpin mirip Beliau, Karena Tanpa disadari Bangsa ini sudah menjauh dari semangat Nasionalisme mirip yang saya tulis diatas tadi.

Semoga goresan pena ini sanggup menjadi arti dan Menambah semangat kita berbangsa juga menghargai arti dari usaha dan segala sesuatu yang telah mereka ( Pahlawan Bangsa ) tinggalkan untuk kita.
Kita hanya perlu menjaga dan meneruskan usaha itu dengan semangat Kejujuran berbangsa.

Terima Kasih " Bung Karno " Terimakasih Para Pahlawan Bangsa Ku................


Gambar Kata Bhinneka Tunggal Ika




















Pencarian yang Sama


  1. bhinneka tunggal ika quotes
  2. bhinneka tunggal ika dari kitab
  3. sejarah bhineka tunggal ika
  4. bhinneka tunggal ika pdf
  5. bhineka tunggal ika berasal dari kitab apa dan siapa pengarangnya
  6. bhinneka tunggal ika sebagai pemersatu bangsa
  7. makalah bhineka tunggal ika
  8. makna bhinneka tunggal ika
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

No comments

Advertiser